Iklan Google

Mitos tentang Harimau di Lembah Harau Payakumbuh

oke guy's saya tidak akan ngomong panjang lebar tentang ini lagi :)
ayo  kita simak aja cerita nya ..






                                

Indonesia kaya akan mitos dan legenda,
 dimana mitos yang beredar di masyarakat
 hidup dengan subur nya dan menjadi ciri
 khas dari suatu daerah. Mulai dari mitos 
yang bisa menjadi sebuah dongeng untuk 
pengantar tidur anak, sampai kepada mitos
 yang tidak bisa diterima oleh nalar dan akal sehat,
 benar atau tidaknya mitos tersebut menjadi hal terakhir
 bagi masyarakat.

Kali ini penulis akan menceritakan sebuah
 mitos hidup yang berasal dari daerah minang, 
yaitu sebuah daerah lembah harau, payakumbuh.
Lembah harau sendiri menurut legenda
 masyarakat sendiri adalah sebuah kerajaan pada 
dahulu kala. Di atas tebing itu berdiri sebuah kerajaan kecil,
 yang dikelilingi oleh lautan. Di Lembah harau sendiri adalah Inyiak, 
mitos hidup yang beredar dari mulut ke mulut
 dan bahkan hidup sampai sekarang ini.

inyiak adalah harimau jadi-jadian, dimana pada
 masyarakat minang sendiri, harimau adalah 
binatang magis yang dihormati. dalam legendanya
 asal muasal inyiak ini berasal dari salah satu goa 
di payakumbuh yang berada di lembah harau ini. 
Di goa ini bersemayam pendekar yang menguasai
 silat harimau dan setelah melakukan pertapaan 
panjang pendekar tadi kemudian berubah
 menjadi harimau jadi-jadian.
 Inyiak ini kemudian menguasai daerah harau,
 bahkan sampai menguasai daerah 
gunung merapi dan gunung singgalang.

Mengenai inyiak ini, teringat sepenggal kisah 
yang penulis alami sendiri tentang bagaimana 
ketakutan di bayangi-bayangi inyiak ini.Memang,
 dalam mitos nya, jika seseorang sudah di incar oleh inyiak.
 Dia bisa dibawa ke kaum bunian (kaum halus).

Dulu saya adalah orang yang tidak pernah
 percaya hal yang diluar nalar, jika belum
 melihat dengan mata kepala sendiri,
 jadi pada waktu 2004 an saya melakukan 
pendakian ke gunung singgalang. Seperti 
biasa kami kumpul dulu di sebuah pasar, 
di pasar itu saya memberi nasehat
 sebelum melakukan pendakian,
 apa saja yang boleh dilakukan dan pantangan nya.

Setelah memberikan sedikit informasi,
 kami mulai melakukan pendakian setelah sholat isya,
 tujuan pertama kami adalah berjalan 
untuk mencapai kamp pertama pada tower

 salah satu stasiun tv indonesia,
 untuk tempat istirahat sementara melepas lelah,
 selama perjalanan semua saling bercanda 
untuk menghilangkan penat berjalan.
           


Di tengah perjalanan dekat kebun tebu 
sehabis tempat pembuatan gula enau (saka) , 
teman kami berpapasan dengan seorang nenek, 
dengan tidak sengaja mereka berceletuk
 ke salah seorang teman “ ondeh, ndak ba banda nyo” 
(artinya: ga ada belahan di atas mulut), si nenek itu 
menatap tajam ke anggota kami dan kemudian berkata 
“elok-elok se dijalan yo nak” (artinya : hati-hati dijalan nak),
 dan perjalanan pun dilanjutkan.

Setelah berjalan sekitar 2 - 3 jam,
 rombongan baru sampai ke camp di tower stasiun televisi.
 Dan kami berhenti sambil memasak air.
Setelah beristirahat sebentar,
 jam 11 an rombongan kami kembali bersiap-siap untuk
 melanjutkan perjalanan, dari camp 
pertama kami ini kami memprediksikan
 pencapaian ke telaga adalah jam 6 pagian.
 Dan perjalanan pun dilanjutkan kembali.

Saat akan memasuki pintu rimba,
 tidak lupa saya memberi wanti-wanti lagi 
kepada anggota rombongan, untuk anggota cewek,
 saya menanyakan apakah mereka tidak 
sedang tidak datang bulan, klo seandainya ada, 
maka anggota itu tidak saya perkenankan ikut, 
dan menunggu di camp.
Mereka menjawab tidak ada permasalahan. 
Dan kamipun berdoa sebelum memasuki pintu rimba.

Setelah berdoa, kami pun melakukan perjalanan
 menyusuri lebatnya hutan untuk mencapai telaga.
perjalanan berjalan seperti biasanya agar tidak terlalu lelah,
 kami berhenti pada camp sambil minum dan mengisi air.

Setelah memasuki camp terakhir kami melihat
 jam sudah menunjukan jam 2, malam itu terasa
 sunyi sekali mengiringi langkah kai kami selama 
perjalanan. Sesekali saya melihat anggota 
rombongan ke belakang, apakah mereka tidak 
tertinggal jauh dari rombongan.
secara tidak sadar saya melihat ke arah cahaya
 senter di rimbunan ada yg bergerak. Awal mula
 nya saya tidak menghiraukan, tetapi selama 
perjalanan saya selalu merasa ada yang mengikuti,
 dan itu membuat saya khawatir tentang inyiak di gunung ini.

saya pun ingat tentang kejadian dibawah 
tadi yang secara tidak sengaja ada celetukan 
tentang nenek yang berpapasan di jalan tadi,
 saya pun mulai mengubah formasi agar cewek
 dalam rombongan di tengah iringan, dan saya
 pun mulai memberi isyarat agar perjalanan 
dipercepat dan tidak ada istirahat lagi. 
 ke khawatiran saya memang beralasan,
 karena sudah umum, jika ada yang mengikuti di hutan,
 maka jika bukan harimau, kalau tidak berarti inyiak.

Rombongan pun berjalan cepat, sambil berjalan saya
 melempar ikan bilih yang selalu saya bawa di setiap 
perjalanan. Dan ketika mencapai cadas batu, saya melihat
 sudah tidak ada yang mengikuti.
rombongan pun saya instruksikan memasang tenda
 di cadas tersebut, sambil menyalakan api unggun,
 saya melihat di sekeliling memeriksa keadaan, 
apa yg saya khawatirkan sepertinya terjadi, 
ada kilatan bola dari arah semak-semak.
 Dan saya segera menyuruh rombongan 
masuk ke dalam satu tenda tanpa saya ceritakan.

Di dalam tenda, kami melihat bayangan seperti
 harimau besar dari biasan cahaya api unggun
 yang kemudian mati dengan sendiri nya.
Tenda kami seperti ada yang mengelilingi 
dan sekali-kali ada yang seolah menggesekan 
badan di tepi tenda itu.

Saya segera membisikan ke teman yang berceletuk
 sewaktu di perjalanan tadi, saya menyuruh dia minta maaf,
 dan temen saya pun menurut, 
dia berkata-kata dari dalam tenda untuk
 memohon maaf jika ada yang tersinggung
 dengan omongan atau celetukan nya di hutan tadi.
 Memang benar, tidak berapa lama setelah itu, 
suasana di luar tenang dan sepi lagi. 
Tetapi kami tidak ada yang berani diluar
 karena masih gelap, dan akhirnya saya
 ceritakan bahwa tadi itu kemungkinan inyiak,
 karena sewaktu dalam perjalanan tadi bertemu 
dengan nenek-nenek yang tidak memiliki “banda” 
di bibir nya. Dan kemudian teman
 saya pun berceletuk seolah mengejek.

Memang, harimau memiliki sifat tindak 
balasan yang sangat tinggi , terlebih kepada orang
 yang dibencinya, maka tidak heran karena celetukan itu,
 rombongan mulai di ikuti selama perjalanan.
Memang tidak ada hal yang berbahaya,
 tetapi perjalanan ini mengingatkan saya 
kepada sepotong syair tentang perjanjian inyiak.

yapp selamat membaca guy's :)

5 Responses to "Mitos tentang Harimau di Lembah Harau Payakumbuh"

  1. Makasih infonya Gan, bermanfaat sekali.

    ReplyDelete
  2. wah , udah lama nggak baca mitos , boleh juga gan , mitos indo lagi , makasih gan :)

    ReplyDelete
  3. nah artikel beginian yang ane suka. keren gan lanjutkan

    ReplyDelete
  4. filem.a..kesuka.n bunda...hhe

    by dedi mitsubishi

    ReplyDelete